Biasanya dalam sepekan omzet menjahit sekitar Rp 2 juta, kini mampu mencapai Rp 5 juta. Meski saat ini terbilang laris, namun para penjahit Pakaian Muslim tidak mematok harga tinggi untuk jahitannya. Hal ini, untuk menjaga pelanggan tidak lari ke penjahit lain. Menurut Hamdan yang membuka usaha jahit Pakaian Muslim di bilangan Cipulir, Jakarta Selatan, order menjahit sudah banyak berdatangan kepadanya sejak akhir Juli lalu. Namun, karena keterbatasan tenaga penjahit dirinya hanya menerima sedikit saja. Hal ini dilakukannya untuk menjaga kualitas atas Busana Muslim yang telah dijahitnya.
“Rata-rata yang datang ibu-ibu dan sebagian di antaranya adalah langganan. Mereka biasa menjahit di sini, karena jika beli jadi di mal modelnya pasaran dan belum tentu ukurannya pas di badan,” jelasnya kepada beritajakarta.com, Selasa (11/8).
Mengenai ongkos jasa menjahit Baju Muslimah, dirinya tidak mematok harga tinggi. Karena baginya yang terpenting adalah dapur keluarganya tetap mengepul dan keuntungannya bisa untuk keperluan belanja lebaran nanti. “Satu stel baju harga jahitnya antara Rp 150.000 sampai Rp 350.000 dan itu belum termasuk bahan. Besar kecilnya ongkos tergantung tingkat kesulitan model yang dipesan, tapi yang jelas hasilnya memuaskan,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Rizal yang membuka usaha jahit Baju Muslim di Cipulir sejak 10 tahun terakhir. Menurut bapak dua anak asal Sumatera Barat ini, sejak sebulan terakhir banyak menerima lemparan order jahit Busana Muslimah dari konveksi atau pabrik. Namun, hal itu sebatas pada pembuatan Baju Muslim dan mukena saja. “Lumaya kalau mau bulan puasa gini banyak pesanan Pakaian Muslimah. Makanya kita ngebut ngerjainnya biar bisa ngambil order lagi,” katanya.
Dalam kondisi banyaknya order, para penjahit Busana Muslim berharap tidak ada pemadaman bergilir karena bisa mempengaruhi waktu pengerjaan. “Mudah-mudahan tidak mati lampu, jadi pesanan Busana Muslimah bisa selesai sesuai jadwal perjanjian,” harapnya.
Sumber : beritajakarta.com